Budaya Tato Tiga Suku Adat Papua Nyaris Punah

Advertisement

Keanekaragaman Papua sangat beragam mulai dari pesona alam, kuliner, hingga budaya menjadikan traveler lokal maupun mancanegara kerap terpikat. Banyak ritual budaya yang tumbuh dan berkembang mengiringi masyarakat lokal semisal tato tubuh. Tato ini dikenal oleh bangsa keturunan orang Austronesia dari Asia yang bermigrasi ke wilayah Papua pada masa prasejarah sekitar 3 ribu tahun lalu.

serta titik-titik berbentuk segitiga kerucut atau tridiagonal yang dibariskan.
serta titik-titik berbentuk segitiga kerucut atau tridiagonal yang dibariskan. Foto via boombastis.com

Hingga masa modern tato ini membudaya diwilayah pesisir Papua sebelah Utara. Ada tiga suku Papua yang menjalankan tradisi menttato tubuh hingga sekarang yakni Suku Sentani, Moi dan Waropen.

Suku Sentani

Suku Sentani berada di Kabupaten Jayapura, mereka dengan turun temurun mentato tubuh secara tradisional yang biasa disebut dengan enahu oleh penduduk sekitar. Sedihnya, tradisi tato tubuh di suku Sentani mulai terlupakan. Akibat pengetahuan tentang tradisi hanya sebatas orang tua saja, sementara para muda mudi sudah tidak ada.

Banyak peneliti tentang seni budaya yang mengusung budaya Sentani hingga kini belum pernah menampilkan tradisi tatonya. Bahkan pendokumentasian pun tidak pernah nampak. Maka sebelum punah, peneliti arkeologi dari Australian National University ingin sekali mengabadikan tato tradisional Sentani.

Tato tubuh suku sentani Papua Utara
Tato tubuh suku sentani Papua Utara. Foto via detik.com

Bahan untuk mentato ini terbuat dari arang hasil pembakaran kayu wam dicampur getah pohon sukun. Kemudian duri sagu atau tulang ikan dicelupkan ke dalam getah dan arang, lalu ditusukkan pada dada, pipi, kelopak mata, betis dan pinggul serta bagian belakang tubuh. Biasanya, Tato dibuat tiga bulan sebelum upacara perkawinan dilaksanakan.

Motifnya beranekaragam, mulai dari gambar ikan sembilan, belut, dan burung cendrawasih. Untuk pria tato sebagai ketampanan dan untuk wanita sebagai mempercantik wajah. Sedang lambang dari burung Cendrawasih bagi seorang wanita menjadi sumber kehidupan anak-anak. Dan untuk pria sebagai kejantanan.

Suku Moi

Seperti halnya tato di suku Sentani, Suku Moi hanya terdapat digenerasi tua saja. Suku Moi merupakan suku asli Kabupaten Sorong Papua Barat. Tato menurut mereka adalah sebuah hiasan tubuh dan bahan pembuatan tato berupa arang halus (yak kibi) hasil pembakaran kayu dicampur getah pohon langsat (loum).

Suku Moi mentato tubuh bagian muka wajah dengan warna putih. Foto via pmb.brin.go.id

Kemudian, duri dari pohon sagu atau tulang ikan dicelupkan ke dalam ramuan getah langsat dan arang yang selanjutnya ditusukkan pada bagian tubuh yang akan dibuat motif tato tradisional tersebut. Letaknya bisa di bagian dada, pipi, kelopak mata, betis dan pinggul serta bagian belakang tubuh.

Banyak yang berpendapat akan terus menjaga kelestariannya diperlukan kerjasama dengan berbagai pihak baik dari masyarakat hingga pemerintah dan tidak lupa generasi muda. Motif tato yang biasa digunakan suku Moi ini berupa geometris dan garis-garis melingkar serta titik-titik berbentuk segitiga kerucut atau tridiagonal yang dibariskan.

Suku Waropen

Uniknya di suku Waropen ini penggunaan tato identik dilakukan perempuan. Banyak para gadis Waropen mentato dengan motif perahu, huruf, tulisan di kedua dada dan kaki serta lengan wajah. Tato diawali dengan warna hitam yang ditusuk pada kulit dengan tulang ikan kemudia luka kecil itu digosok dengan warna hitam lagi hingga meradang dan pastinya tidak dapat terhapus.

Tato tubuh suku Waropen paling menyakitkan di tanah Papua
Tato tubuh suku Waropen paling menyakitkan di tanah Papua. Foto via merahputih.com

Proses tato yang dilakukan suku Waropen ini lebih menyakitkan, sehingga perlu tahapan dalam mentato. Butuh waktu 3 hingga 5 hari dalam satu kali motif.

Advertisement
Tags
budaya nusantara Budaya Papua Tradisi Papua Wisata Budaya
Share