Festival Ngejot, Tradisi Lebaran yang Masih Terjaga di Lombok Timur

Advertisement

Masyarakat Lombok miliki banyak tradisi unik untuk meriahkan momen Lebaran. Salah satu yang masih dipertahankan hingga kini adalah Festival Ngejot. Tradisi meriah ini bisa Teman Traveler saksikan di Desa Lenek, Kecamatan Lenek, Kabupaten Lombok Timur. Yuk, simak ulasannya.

Meriahkan Momen Idul Fitri

Peserta berkumpul di Lapangan Wirangbaya (c) Sidik Anshori/Travelingyuk

Festival Ngejot merupakan festival tahunan yang mengusung kebudayaan dan sisi religius masyarakat Desa Lenek di Lombok Timur. Ritual adat ini diselenggarakan dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Fitri dan dilaksanakan untuk memperkuat silaturahmi antar warga. Sejak pertama kali digelar, lokasinya tidak pernah berubah, yaitu di Lapangan Wirangbaya.

Sungkeman Khas Desa Lenek

Para pemuda membawa jot-jotan untuk diserahkan pada tetua desa (c) Sidik Anshori/Travelingyuk

Festival Ngejot pada dasarnya sama seperti sungkeman, bentuk penghormatan dari anggota keluarga yang lebih muda kepada yang lebih tua. Misalnya saja anak pada orang tua, cucu pada kakek atau nenek, dan seterusnya. Namun sungkeman dalam festival ini punya ciri khas. Beda dari ritual serupa pada umumnya.

Semua Peserta Merupakan Kaum Hawa

Para gadis dan ibu-ibu mulai berdatangan (c) Sidik Anshori/Travelingyuk
Nampan ditutup dengan tudung merah (c) Sidik Anshori/Travelingyuk

Adat Ngejot dimulai dengan berkumpulnya para peserta. Uniknya, dalam tradisi ini semuanya berasal dari kaum hawa, mulai dari para gadis hingga ibu-ibu. Mereka bakal datang dengan membawa dulang, nampan berisi berbagai makanan lebaran khas Desa Lenek. Penutupnya menggunakan tudung merah yang biasa disebut tembolak.

Penyerahan Jot-jotan

Para tetua, tokoh agama, dan tokoh masyarakat mengambil wudhu (c) Sidik Anshori/Travelingyuk

Setelah semua peserta berkumpul, prosesi selanjutnya adalah penyerahan jot-jotan dari para pemuda kepada tetua desa. Jot-jotan adalah nampan sajian berisi beragam makanan dan lauk pauk khas Desa Lenek. Inilah yang membuat tradisi satu ini lantas dinamakan Festival Ngejot.

Jot-jotan diserahkan pada tetua desa (c) Sidik Anshori/Travelingyuk

Sebelum jot-jotan diserahkan, para tetua desa, tokoh agama, dan tokoh masyarakat Desa Lenek akan terlebih dahulu berwudhu. Mereka bakal memanfaatkan air bersih yang telah disiapkan sebelumnya.

Setelah prosesi wudhu selesai, para pemuda desa akan mulai menyerahkan
jot-jotan kepada para tetua desa, tokoh agama, tokoh masyarakat. Mereka bakal menghampiri sebuah tenda yang dibuat dari anyaman daun pohon kelapa atau pepaosan.

Para tetua duduk di dalam pepaosan (c) Sidik Anshori/Travelingyuk

Prosesi ini merupakan simbol penghormatan sekaligus silaturahmi, dari para pemuda kepada warga desa yang lebih dewasa. Menarik ya, Teman Traveler?

Mengantar Dulangan Saji pada Keluarga

Peserta jalan ke keluarga masing-masing (c) Sidik Anshori/Travelingyuk

Setelah penyerahan dilakukan, para peserta Ngejot bakal berjalan mengantarkan dulangan ke rumah keluarga masing-masing. Ada juga yang membawanya ke masjid terdekat sebagai pelengkap berbuka puasa di hari terakhir Ramadan.

Dulangan ada yang diantar ke masjid (c) Sidik Anshori/Travelingyuk

Itulah ulasan mengenai Festival Ngejot, seru bukan? Teman Traveler bisa langsung berkunjung ke Lombok Timur untuk menyaksikan langsung kemeriahan tradisi ini. Jangan lupa juga menikmati indahnya wisata alam sekitar. Bagaimana menurut kalian?

Advertisement
Tags
kontributor Lombok Lombok Timur Travelingyuk wisata lombok Wisata Lombok Timur
Share