Perjuangan Menyapa Mentari Senja di Puncak Gunung Bawakaraeng

Advertisement

Halo Teman Traveler, salam lestari. Tahukah kalian bahwa Sulawesi Selatan memiliki banyak destinasi alam luar biasa? Salah satunya adalah Gunung Bawakaraeng.

Dengan jalur cukup menantang, Bawakaraeng kerap jadi favorit para pendaki untuk menguji kemampuan. Nah, kali ini saya akan mengisahkan perjuangan saya demi menyapa mentari senja di salah satu gunung tertinggi Sulsel tersebut. Yuk Teman Traveler, kita bersama.

Perjalanan Melalui Desa Lembanna

Berfoto sejenak di tengah perjalanan (c) Rahmat Saiful/Travelingyuk

Gunung Bawakaraeng berada di Kabupaten Gowa dan memiliki ketinggian sekitar 2830 mdpl. Ada beberapa jalur yang bisa dilalui untuk menuju puncak. Namun di perjalanan kali ini saya memilih melewati jalur Lembanna.

Selain menawarkan jalur cukup menantang, panorama sekitar Gunung Bawakaraeng juga sangat apik. Pesona wisata Sulawesi Selatan sudah tak perlu dipertanyakan lagi. Tak sedikit pendaki dari luar Sulawesi Selatan, bahkan luar negeri, susah payah datang ke Kabupaten Gowa hanya untuk menikmati keelokannya. Bayangkan saja, dari Pos 5 pendakian Teman Traveler sudah bisa melihat cantiknya gemerlap lampu kota Makassar.

Medan yang harus dilewati (c) Rahmat Saiful/Travelingyuk

Kala itu saya mendaki Gunung Bawakaraeng dalam rombongan. Perjalanan kami dari Desa Lembanna menuju puncak memakan waktu tiga hari dua malam. Butuh waktu kurang lebih 5-6 jam untuk mencapai Pos 5 dari Pos 1. Kami berangkat pukul 20.00 dan tiba di Pos 5 pendakian sekitar pukul 01.00.

Meskipun langit masih gelap, keindahan Bawakaraeng sudah mulai nampak. Hamparan bintang di angkasa tampak gemerlap, lampu-lampu kota di bawahnya seolah menjadi pantulan cahaya benda langit nan indah tersebut. Saya bagai melihat dua cermin yang saling berhadapan.

Perjuangan Menuju Puncak Berlanjut

Istirahat di tengah perjalanan (c) Rahmat Saiful/Travelingyuk

Setelah mendirikan tenda dan beristirahat, keesokan harinya kami melanjutkan perjalanan menuju puncak. Sepanjang perjalanan, rasa lelah dan letih seolah enggan meninggalkan tubuh kami. Namun dengan bermodal tekad dan semangat dari rekan-rekan seperjalanan, rombongan kami tetap berniat melanjutkan pendakian.

Perjuangan menuju puncak (c) Rahmat Saiful/Travelingyuk

Saat itu rambut saya masih panjang alias gondrong. Pantang dong, penampilan sangar namun kelihatan lemah hehe. Apalagi kala itu kondisi fisik saya masih lumayan kuat, tidak mengendur seperti sekarang.

Beristirahat bersama kawan (c) Rahmat Saiful/Travelingyuk

Foto di atas adalah salah satu buktinya. Saat semua kawan tertidur lelap, saya tetap terjaga untuk memastikan mereka semua aman. Lumayan, bisa jadi pahlawan (kesiangan) hahaha.

Senja Penghapus Kekecewaan

Panorama sunset di Pos 7 (c) Rahmat Saiful/Travelingyuk

Singkat cerita, kami akhirnya sampai di puncak. Sayang seribu sayang, cuaca kala itu kurang bersahabat. Pemandangan sekitar tidak bisa dinikmati secara maksimal lantaran tertutup awan tebal.

Namun dalam perjalanan pulang, kekecewaan kami sedikit terobati. Begitu sampai di Pos 7, mentari senja menyapa malu-malu dari balik arak-arakan awan. Maha besar Tuhan yang menciptakan keindahan alam. Keindahan sungguh tiada dua.

Perjalanan ke Bawakaraeng kala itu benar-benar menyadarkan saya betapa kecil manusia di mata Tuhan. Betapa lemah kita semua di hadapan Sang Maha Esa. Pendakian ini juga merupakan bentuk pencarian jati diri, mengajarkan arti perjuangan. Bagaimanapun ujian yang dilalui, jika teguh berpegang pada prinsip, cepat atau lambat tujuan pasti akan tercapai.

Bisa dikatakan perjuangan mendaki gunung adalah sebuah miniatur kehidupan. Nah, itulah kisah saya menyapa mentari senja di Gunung Bawakaraeng. Bagaimana Teman Traveler, tertarik mengikuti jejak saya dengan mencoba menaklukkan salah satu gunung Indonesia terkenal di Sulawesi Selatan ini?

Advertisement
Tags
Gowa kontributor Makassar Travelingyuk Wisata Gowa wisata makassar
Share