Gunung Ijen, Wujud Daya Magis di Ujung Timur Jawa

Advertisement

Ijen adalah salah satu gunung yang harus masuk ke dalam daftar pendakian. Kemegahan destinasi wisata ini memang sayang untuk dilewatkan. Namun, sebelum ke sini sebaiknya persiapkan rencana perjalanan yang matang. Sebagai inspirasi itinerari, berikut perjalanan saya mendaki Gunung Ijen.

Hari 1 – Keberangkatan

Transportasi yang dapat dipilih menuju Banyuwangi adalah kereta sebab nyaman dan ramah kantong, seperti Sri Tanjung dengan harga Rp95.000an. Perjalanan dimulai pukul 07.55 WIB dari Stasiun Purwosari, Solo; tiba di Stasiun Karangasem, Banyuwangi pada 20.30 WIB.

Tiba di Stasiun Karangasem, terdapat beberapa pilihan tempat kuliner untuk mengisi perut. Beberapa di antaranya terletak di samping stasiun. Ada nasi tempong khas Banyuwangi maupun bakso.

Perjalanan dilanjutkan menggunakan mobil dari jasa tour and travel. Pilihan tersebut dilakukan sebab kami bukan warga asli Banyuwangi dan tidak hafal jalur. Harganya pun cukup terjangkau yaitu antara Rp250.000an sampai Rp300.000an per orang. Budget tersebut sudah termasuk BBM, tarif supir, satu kali makan, dan berkeliling ke destinasi wisata Banyuwangi selain Ijen.

Perjalanan ditempuh selama kira-kira 2 jam, usahakanlah untuk tidur untuk membuat kita lebih berenergi. Tiba di lokasi tepatnya basecamp Paltuding, akan ada aklimatisasi yaitu penyesuaian tubuh terhadap lingkungan baru (sebelum mendaki).

Hari 2- Pendakian

20190420_070453_hli.jpg
Menaiki Taksi Ijen (c) Anggi Purwaningsih/Travelingyuk

Sekitar pukul 1 dini hari, kami berempat ditemani seorang pemandu lokal bkami berangkat. Setelah mengurus tiket perizinan di loket masuk, kami mulai mendaki. Sangat penting sekali menggunakan pakaian hangat di sini. Gunakan jaket, kupluk, sarung tangan, sepatu atau sandal gunung dan kaos kaki.

Peralatan istimewa di Ijen adalah masker gas, karena saat menuju kawah bau gas belerang akan sangat menyengat. Lengkapi peralatan pendakian dengan senter karena dini hari tentu jalur pendakian masih gelap. Jika lupa membawa peralatan, di sini juga banyak pedagang yang menjualnya sehingga anda tidak perlu khawatir. 

Salah satu daya tarik di sini adalah Taksi Ijen. Taksi ini seperti gerobak mini yang bisa memuat dua orang dewasa yang akan didorong oleh 2-3 orang untuk mencapai ke atas. Biayanya lumayan mahal, sekitar Rp500.000an. Untuk anda yang tidak ingin repot berjalan mungkin bisa mrnggunakan jasa ini. Tapi bagi yang ingin merasakan sensasi perjalanan, jalan kaki adalah pilihan terbaik.

Jalur pendakian Ijen bisa dibilang cukup ramah. Sekitar 500 meter pertama, treknya sangat bersahabat, jalanan landai, mulus dan tanjakan relatif sedikit. Setelah itu kita akan disuguhkan dengan trek yang semakin menanjak dan berkelok. Sesekali berhenti sejenak untuk mengatur nafas juga tak masalah. Minumlah secukupnya, cukup untuk membasahi bibir saja, jangan terlalu banyak.

Jika ada satu anggota rombongan yang berhenti sebaiknya semuanya berhenti agar anggota tidak terpisah-pisah. Setelah 1,5 jam perjalanan, anda akan menemui sebuah pemberhentian bernama “Kantin”.

Di sini memang ada sebuah warung yang menjajakan aneka makanan dan minuman sehingga anda dapat mengisi ulang energi jika diperlukan. Jika tidak ingin makan atau minum anda pun diperbolehkan untuk sekedar duduk-duduk sambil mengistirahatkan tubuh.

Dari kantin, jalanan akan semakin menanjak dan jalur didominasi bebatuan. Hati-hati saat melangkah karena jalur yang dilalui tepat berada di samping jurang dan beberapa jalur tidak dilengkapi dengan pagar pembatas.

Sekitar 3-4 jam pendakian, Teman Traveler akan sampai di Puncak Gunung Ijen. Ada 2 pilihan, menunggu di atas puncak sampai matahari terbit atau turun dulu ke dasar kawah untuk berburu blue fire. Api biru alami hanya ada 2 di dunia ini, satu di Islandia dan satu di Ijen.

Jalanan turun ke bawah jauh lebih susah. Jalurnya sempit, berbatu dan agak licin. Pendaki yang naik dan turun ke kawah melewati jalur yang sama, sehingga harus saling berbagi jalur.

Mendaki Ijen
Kondisi jalur ke kawah Ijen (c) Anggi Purwaningsih/Travelingyuk

Selain sebagai objek wisata, Gunung Ijen juga merupakan area tambang belerang. Saat perjalanan naik dan turun kawah, anda akan berpapasan dengan para penambang yang memikul belerang seberat puluhan hingga ratusan kilo di pundaknya. Dalam sehari mereka bisa naik turun sebanyak 3-4 kali.

Untuk menghormati mereka, pendaki harus mengalah saat berjalan, dahulukan para penambang. Jika mereka tidak sibuk, anda bisa membuka obrolan dengan mereka dan akan senang hati menceritakan pengalaman hidupnya.

Hati akan tertohok mendengar kisah mereka yang berjuang bertaruh nyawa memikul beban berat melewati medan sulit setiap harinya. Perjuangan itu kadang hanya dibayar dengan rupiah yang sama sekali tak sepadan.

Mendaki Ijen
Penambang belerang di Gunung Ijen (c) Anggi Purwaningsih/Travelingyuk

Perjalanan turun menghabiskan waktu lebih dari setengah jam. Jangan lupa gunakan masker gas karena bau belerang akan menusuk hidung. Tidak setiap waktu si api biru ini menampakkan dirinya.

Jadi bisa dibilang kita sedang mencari peruntungan di bawah sana. Menunggu cukup lama sambil mencari spot, akhirnya api biru yang melegenda itu muncul juga walaupun tidak terlalu besar. Tak apalah, terobati sudah rasa penasaran ini akan sosoknya.

Api biru yang tampak kecil (c) Anggi Purwaningsih/Travelingyuk

Puas menikmati api biru, kami bergegas naik ke atas untuk mengejar sunrise. Tapi apa daya, asap belerang saat itu mengepul besar sehingga membuat kami terbatuk-batuk dan perjalanan sempat terhenti beberapa kali karena tenggorokan gatal dan mata perih. Sesampainya di atas pun cuaca mendung sehingga tidak memungkinkan melihat matahari terbit.

Mendaki Ijen
Pemandangan dari Puncak Ijen (c) Anggi Purwaningsih/Travelingyuk

Itulah sekilas perjalanan mendaki Gunung Ijen demi menyaksikan blue fire nan magis. Datanglah dan saksikan langsung betapa eloknya tujuan wisata ini. Kapan berencana traveling lagi?

Advertisement
Tags
Indonesia Jawa Timur kontributor Mendaki Ijen Travelingyuk Wisata wisata banyuwangi
Share