7 Minuman Segar Tradisional Jogja Wajib Coba, Yuk Intip

Advertisement

Jogja memiliki banyak makanan dan minuman khas. Teman Traveler mungkin sudah tak asing lagi dengan gudeg, mangut lele, sate klathak, mie lethek, maupun tengkleng gajah. Namun buat yang mencari pencuci mulut, ada beberapa minuman segar tradisional Jogja yang wajib dicoba.

Semuanya punya rasa khas yang pasti bakal tinggalkan pengalaman berkesan buat Teman Traveler. Apa saja? Yuk, simak rekomendasinya berikut ini.

Rujak Es Krim Paino

Rujak Es Krim Pak Paino Pakualaman (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Di kawasan Pakualaman, tak jauh dari Keraton Pakualaman, Teman Traveler bisa menemukan beberapa penjual rujak es krim. Dua yang sudah terkenal dan melegenda adalah Pak Nardi dan Pak Paino. Manis dan segarnya buah-buahan serta kuah rujak, berpadu sempurna dengan lembutnya es krim.

Jenis buah yang digunakan bermacam-macam mulai dari nanas, mangga, pepaya, hingga bengkuang. Semuanya diparut, sebelum ditambahkan kuah dari gula merah dan asam jawa yang sangat menggoda. Berikutnya masih ada tambahan es krim lembut dari santan kelapa yang membuat rasa sajian ini makin komplet.Sangat patut dicoba, apalagi ketika cuaca Jogja sedang panas-panasnya. Semangkuk rujak es krim di sini dihargai Rp7.000.

Es Buah PK

Es buah PK yang melegenda (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Berjualan sejak 1973, Es Buah PK selalu ramai dikunjungi pelanggan. Sebutan PK merupakan singkatan dari Pakuningratan, nama jalan tempat kedai es ini mangkal. Tak jauh berbeda dengan es buah pada umumnya, Es Buah PK memiliki beberapa isian buah seperti nangka, sawo dan alpukat.

Sebagai pelengkap ditambahkan cincau. Tak lupa sirup dan susu coklat kental manis sebagai pemanis. Sangat cocok dinikmati usai lelah berkeliling Jogja di siang hari.

Es Sape Tompel

Es Tape Sompel (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Teman Traveler mungkin sudah familiar dengan wedang tape. Minuman yang disajikan hangat, terbuat dari fermentasi singkong, dan diseduh dengan air gula ini sangat nikmat jika disantap hangat.

Sama seperti wedang tape, Es Tape Sompel juga terbuat dari fermentasi singkong. Bedanya tape singkong di sini dilembutkan, diberi kelapa kerok, dan ditambah es serut yang rasanya manis. Semangkuknya dibanderol Rp6.000 saja.

Es Dawet Prambanan

Segelas Es Dawet usai keliling Prambanan (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Letih dan kepanasan usai keliling Candi Prambanan? Silakan mampir dulu sejenak ke Sentra Es Dawet Prambanan di Jalan Solo – Jogja. Teman Traveler bisa menemukan banyak penjual es dawet pinggir jalan di sini.

Dawet di sini sangat lembut, terbuat sari pati onggok. Bergantung selera, Teman Traveler bisa menambahkan tape beras ketan. Segelas es dawet tanpa tape dihargai Rp 4.000 saja.

Es Dawet Mbah Hari Beringharjo

Mbah Hari dan semangkuk es dawet buatannya (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Berusia kurang lebih 75 tahun, Mbah Hari, salah satu legenda kuliner Jogja, hingga kini masih segar-bugar dan sehat untuk menjajakan es dawet andalannya. Konsisten berjualan sejak 1965, beliau menawarkan dagangannya di Pasar Beringharjo.

Beda dengan dawet lain yang menggunakan onggok atau ampas singkong sebagai bahan utama, Mbah Hari justru memilih ganyong. Umbi-umbian yang sudah mulai langka ini konon masih banyak ditemukan di Bantul, daerah asal Si Mbah.

Semangkuk dawet ala Mbah Hari dilengkapi gula jawa sebagai pemanis, nangka, dan santan. Beliau mematok harga Rp 5.000 saja untuk sajian segar nan nikmat ini.

Wedang Ronde

Wedang ronde (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Wedang ronde merupakan salah satu minuman yang banyak dijual di pinggir jalan Jogjakarta. Biasanya dijajakan di gerobak kecil. Ada yang berdiam, ada pula yang berpindah-pindah tempat.

Kuliner yang diadaptasi dari Tiongkok ini memang sudah tak asing bagi masyarakat Indonesia. Rasanya sangat enak. Semangkuknya biasa terdiri dari ronde bulat dari tepung ketan, kacang, roti, serta kolang-kaling, Semua bahan itu lantas diseduh dengan air jahe hangat. Sangat cocok diminum di malam hari yang dingin.

Wedang Uwuh

Segelas Wedang Uwuh (c) Gallant Tsany/Travelingyuk

Dalam Bahasa Jawa, kata uwuh berarti sampah. Sementara wedang berarti air. Eits, jangan salah sangka dulu. Kata sampah di sini digunakan untuk menggambarkan rempah-rempah yang dimasukkan sekaligus dalam satu gelas air hangat. Biasanya terdiri dari jahe, kayu secang, daun salam, cengkeh, pala, dan kayu manis.

Sekali menenggak, Teman Traveler bakal langsung merasakan kehangatan Wedang Uwuh. Agar ada sensasi manis, disediakan gula batu terpisah. Minuman ini sangat kaya manfaat kesehatan. Sensasi hangat yang ditimbulkan efektif untuk hilangkan penat usai seharian berjalan. Segelasnya biasa dibanderol Rp15.000 saja.

Itulah beberapa minuman segar tradisional Jogja yang bisa Teman Traveler coba. Jangan lupa mencicip jika kalian sedang berencana keliling wisata Jogja ya. Mau ajak siapa buat petualangan selanjutnya, nih?

Advertisement
Tags
Jogja Jogjakarta kontributor kuliner Jogja kuliner jogjakarta Travelingyuk
Share