Museum Nasional Indonesia, Serunya Belajar Sejarah Nusantara

Advertisement

Belajar sejarah tak melulu membosankan lho, Teman Traveler, apalagi jika kalian bisa melihat langsung benda-benda peninggalan atau artefak penting di depan mata. Sensasi ini bisa kalian rasakan sambil jalan-jalan di Museum Nasional Indonesia.

img_20190806_121433_RDh.jpg
Koleksi Arca (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Museum ini bisa Teman Traveler temukan di Jalan Medan Merdeka Barat no 12, Gambir, Jakarta Pusat. Sebagai museum pertama dan terbesar di Asia Tenggara, di sini kalian bisa menemukan ratusan ribu koleksi arkeologi, sejarah, etnografi, dan geografi. Lantas seperti apa serunya jalan-jalan di Museum Nasional Indonesia? Yuk, simak ulasan berikut ini.

Disebut Sebagai Museum Gajah

img_20190806_120724_sdZ.jpg
Patung gajah depan museum (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Sebelum masuk gedung museum, Teman Traveler bakal patung gajah di area taman depan. Keberadaan patung ini membuat museum kerap dikenal juga dengan sebutan Museum Gajah. Dari segi sejarah, ini bukanlah patung biasa karena terbuat dari perunggu dan merupakan hadiah dari Raja Thailand, Chulalongkorn (Rama V), saat berkunjung ke Indonesia pada 1871.

Terdiri dari Dua Gedung Utama

img_20190806_120555_ne6.jpg
Bagian depan Gedung A (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Sebelum 2007, wisata sejarah ini hanya punya satu gedung yang merupakan peninggalan zaman Hindia-Belanda dari 1868. Bangunan tersebut kini dinamai Gedung A. Seiring makin banyaknya koleksi benda sejarah yang ingin dipamerkan, dibangunlah Gedung B di sisi utara Gedung A. Fasilitas anyar ini diresmikan pada 20 Juni 2007 oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Arca, Prasasti, dan Relief

img_20190806_121633_KMG.jpg
Arca Bhaiwara Buddha (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Sebelum menjelajah museum, Teman Traveler harus lebih dulu membeli tiket masuk di depan Gedung A. Harganya Rp5.000 untuk dewasa dan Rp2.000 untuk anak-anak. Berikutnya kalian bisa langsung melihat beragam koleksi arca, prasasti, dan relief dari masa Hindu-Budha.

Terdapat sebuah ruangan khusus untuk menyimpan arca-arca dan beragam prasasti dari berbagai daerah Indonesia. Salah satu yang paling mencolok adalah Arca Bhaiwara Buddha. Tingginya mencapai sekitar 3,5 meter. Dari keterangan yang tertulis, peninggalan ini ditemukan di Sungai Langsat, Sumatera Barat dan diperkirakan berasal dari Abad ke-14 Masehi.

img_20190806_122104_R7T.jpg
Selasar sisi selatan (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Memasuki bagian tengah Gedung A, ada Taman Arca yang cukup luas. Disebut demikian karena kawasan ini dikelilingi oleh puluhan arca dari masa kejayaan Kerajaan Hindu-Buddha. Selasar sisi utara diisi arca dan relief dari Jawa Timur, sementara selasar sisi selatan dihiasi peninggalan dari Jawa Tengah.

img_20190806_122858_LBw.jpg
Menikmati video dokumenter (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Terakhir ada Ruang Kertarajasa yang berkonsep tertutup. Di sini Teman Traveler bisa menonton video dokumenter tentang beragam bangunan bersejarah dari seluruh sudut Nusantara.

Empat Lantai di Gedung B

img_20190806_124217_PLF.jpg
Cetakan otak Homo Erectus dan fosil gading Stegodon (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Beralih ke Gedung B, Teman Traveler harus siapkan fisik karena areanya lebih luas, mencapai total empat lantai. Di lantai satu terdapat replika fosil manusia purba dari zaman pra-sejarah. Salah satunya adalah cetakan otak Homo Erectus Progresif yang dibuat berdasarkan fosil tengkorak Homo Soloensis IV.

img_20190806_124516_CBn.jpg
Prasasti Mulawarman (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Melangkah ke lantai dua, Teman Traveler bisa menyaksikan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan ekonomi manusia zaman dulu melalui penemuan prasasti, kalender astronomi, alat-alat navigasi, dan perahu.

img_20190806_125841_fn1.jpg
Meja kerja Raja Louis (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Lantai tiga khusus menampilkan pola pemukiman masyarakat zaman dahulu, serta bagaimana mereka membentuk organisasi sosial. Teman Traveler bisa melihat beragam bentuk rumah adat, alat-alat makan tradisional, dan meja kursi yang digunakan untuk menjamu para tamu.

img_20190806_134410_yio.jpg
Bagian depan Gedung B (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Sementara itu lantai empat merupakan area terbatas. Di sini Teman Traveler dilarang mengambil gambar atau video karena koleksi yang ditampilkan berupa khazanah emas dan keramik. Namun, kalian tetap diizinkan untuk melihat langsung seluruh bagian dalamnya kok.

Emas dan keramik di sini merupakan perhiasan yang dulunya sering digunakan para raja. Sedangkan untuk keramik umumnya berasal dari bangsawan negeri seberang, seperti dari Tiongkok dan Thailand.

Tips Melakukan Tur Museum Nasional

img_20190806_120857_dUB.jpg
Sebagian pengunjung museum (c) Intan Deviana/Travelingyuk

Karena daerah jelajah museum sangat luas, Teman Traveler sebaiknya menyiapkan waktu setidaknya setengah hari agar bisa mengekplorasi semua sudutnya. Pastikan perut terisi sebelum memulai tur, karena pengunjung dilarang membawa makanan dan minuman ke dalam. Terakhir, jaga sikap selama berwisata. Patuhi seluruh aturan yang berlaku.

Nah, itulah tadi sekelumit cerita saya menjelajah Museum Nasional. Destinasi bernuansa edukasi ini buka tiap hari, kecuali Senin dan Hari Libur Nasional. Teman Traveler bisa mampir antara pukul 08.00 hingga 16.00. Bagaimana, tertarik merasakan serunya belajar di wisata Jakarta satu ini?

Advertisement
Tags
Indonesia Jakarta kontributor museum nasional jakarta Travelingyuk wisata jakarta
Share