National Museum of Singapore, Menilik Sejarah Panjang Negeri Singa

Advertisement

Wisata di Singapura tak melulu soal belanja atau staycation di hotel mewah. Jika Teman Traveler menyukai sesuatu yang bernuansa sejarah, bisa mampir ke National Museum of Singapore. Di sini kalian bisa mempelajari berbagai fakta menarik soal perjalanan Negeri Singa. Yuk, simak ulasannya.

Museum Tertua di Singapura

20191116_124851_2_342.jpg
Bangunan ikonik (c) Ruth Devi/Travelingyuk

National Museum of Singapore berlokasi di Stamford Road. Teman Traveler bisa menuju sini lewat stasiun MRT Bencoolen (biru), Bras Basah (kuning) atau Dhoby Ghaut (merah/kuning/ungu). Begitu turun di tiga stasiun tersebut, kalian cukup berjalan kaki lima menit untuk sampai di lokasi.

20191116_131222_2_Rpn.jpg
Salah satu koleksi museum (c) Ruth Devi/Travelingyuk

Tak sekedar megah, museum ini juga merupakan yang tertua di Singapore. Bentuk bangunannya juga sangat ikonik. Sempat dipugar beberapa saat lalu, sebelum kemudian dibuka lagi oleh Goh Chok Tong, PM Singapore pada November 1990.

Biaya Masuk

20191116_135528_2_tBn.jpg
Pengunjung antre membeli tiket (c) Ruth Devi/Travelingyuk
20191116_131140_2_PYD.jpg
Kubah museum (c) Ruth Devi/Travelingyuk

Museum ini dibagi menjadi dua bagian besar. Lantai pertama disebut Permanent Galleries, sementara tingkat berikutnya dikenal dengan nama Special Exhibition. Tiket masuknya berkisar antara 15 hingga 18 dollar Singapura per orang. Jika ingin menjelajah keduanya, cukup rogoh kocek 26 dollar Singapura.

Permanent Galleries

20191116_145446_2_bZF.jpg
Rickshaw Coolies (c) Ruth Devi/Travelingyuk

Di sini Teman Traveler bisa melihat sedikit gambaran mengenai keadaan Singapore sekitar 700 tahun silam. Suasana kala itu masih sangat kuno, dibandingkan dengan atmosfer super modern yang dipancarkan Negeri Singa saat ini.

Teman Traveler bakal disuguhi beberapa barang yang menjadi ikon di setiap masa. Salah satunya adalah becak tradisional yang ditarik manusia atau rickshaw. Kendaraan ini umum digunakan antara tahun 1880 hingga 1930. Moda transportasi ini sangat populer pada masanya.

Special Exhibition

20191116_132056_2_PNB.jpg
Baju yang dikenakan para wanita di era kolonial (c) Ruth Devi/Travelingyuk

Berada di lantai dua, galeri ini menceritakan kehidupan Singapura pada masa 100 tahun lalu. Tempatnya dibagi menjadi empat ruangan. Pertama adalah Modern Colony, yang menggambarkan kondisi Negeri Singa antara 1925 hingga 1935.

20191116_132359_2_Czt.jpg
Pot bunga (c) Ruth Devi/Travelingyuk
20191116_132458_2_xu8.jpg
Set Mahjong (c) Ruth Devi/Travelingyuk

Di ruangan ini Teman Traveler akan menemukan beberapa pernak-pernik yang umum ditemukan pada era tersebut. Mulai dari barang keperluan wanita seperti baju, sepatu, peralatan makan,peralatan mandi, mesin jahit, hingga pot bunga. Selain itu masih ada benda menarik lain seperti peralatan mahjong.

20191116_134400_2_klN.jpg
Film tentang masa peperangan (c) Ruth Devi/Travelingyuk

Berikutnya ada ruangan Surviving Syonan, yang menggambarkan Singapura antara 1942 hingga 1945. Era ini merupakan masa gelap, ditandai dengan peninggalan benda-benda masa perang. Selain itu ada sebuah film yang menggambarkan kekejaman pada masa itu.

20191116_140514_6Z4.jpg
Beberapa jenis mainan anak (c) Ruth Devi/Travelingyuk

Selanjutnya ada ruangan Growing Up yang gambarkan masa-masa perubahan Singapura dari masa-masa ketika bergabung dengan Malaysia pada 1963, hingga akhirnya menjadi negara sendiri pada 1965. Semuanya direkam dengan baik lewat foto dan berbagai benda peninggalan.

20191116_135245_2_DW6.jpg
Papan gambar yang terus berubah (c) Ruth Devi/Travelingyuk
20191116_135421_2_khn.jpg
Drive in Theatre (c) Ruth Devi/Travelingyuk

Terakhir, ada Voices of Singapore yang menggambarkan perbedaan rasa, budaya, dan bahasa di negara tetangga Indonesia ini. Teman Traveler bisa melihat keragaman lewat film, lagu, pertunjukan panggung, maupun televisi. Ada juga sebuah Drive in Theater, di mana kalian bisa nonton film lawas sambil duduk santai di mobil-mobilan.

Wings of a Rich Manoeuvre

20191116_133513_2_pis.jpg
Pemandangan yang cukup unik (c) Ruth Devi/Travelingyuk

Di lantai dua Teman Traveler juga bisa melihat sebuah benda unik yang bentuknya mirip lampu gantung. Namun pada saat-saat tertentu, deretan lampu tersebut bisa menari dengan indah, membentuk beragam koreografi. Pergerakannya sangat menakjubkan!

20191116_140037_2_RBm.jpg
Koleksi William Farquhar (c) Ruth Devi/Travelingyuk

Selain itu masih ada galeri Goh Seng Choo yang berisi menyimpan koleksi William Farquhar, karyawan East India Company yang sekaligus merupakan penduduk pertama Singapura. Ia kerap meminta seorang pelukis untuk mengabadikan gambar binatang maupun tumbuhan di sekitar Malaka.

Glass Rotunda

20191116_141931_2_Eq9.jpg
Seperti hujan bunga (c) Ruth Devi/Travelingyuk

Saat hendak masuk sini, Teman Traveler bakal mendapat peringatan untuk ekstra hati-hati karena ruangannya sangat gelap. Begitu di dalam, kalian bakal menemukan sebuah jembatan dengan kubah layar disinari gambar-gambar bunga dan daun berjatuhan. Tampak sangat nyata.

20191116_142608_2_uJu.jpg
Layar dengan interactive digital (c) Ruth Devi/Travelingyuk

Tak berhenti sampai situ, Teman Traveler bakal menemukan layar sangat panjang, menyambung sampai tingkat dua bangunan. Di sini ditunjukkan pertunjukan interaktif, dengan label Story of the Forest.

Itulah sedikit ulasan mengenai National Museum of Singapore, tempat apik untuk belajar banyak mengenai sejarah Singapura. Bagaimana Teman Traveler, tertarik mampir ke sini?

Advertisement
Tags
kontributor Singapura Travelingyuk Wisata Singapura
Share