Perang Pandan Tenganan, Persembahan Unik untuk Dewa Indra

Advertisement

Bali bukan hanya sekedar pantai dan hiburan malam. Dikenal juga dengan kekayaan budaya dan tradisinya, penduduk lokal Pulau Dewata kerap mengadakan beragam festival menarik sepanjang tahun. Salah satunya adalah Perang Pandan.

Tradisi penduduk Desa Tenganan ini merupakan upacara adat untuk menghormati Dewa Indra, dewa peperangan dalam agama Hindu. Memasuki bulan ke-5 Kalender Hindu, penduduk akan mengadakan festival budaya selama dua hari. Puncaknya adalah Perang Pandan, pertempuran simbolis antara dua pria bersenjatakan daun pandan berduri!

Padukan Nuansa Damai dan Harmoni

Desa Tenganan Bali Perang Pandan
Aktivitas di Desa Tenganan (c) Arakita Rimbayana/Travelingyuk

Meskipun memuja Dewa Perang, penduduk Desa Tenganan cinta damai dan hidup berdampingan dalam harmoni. Desa ini dikelilingi kawasan perbukitan dan pegunungan yang dipercaya sebagai simbol pertahanan dari ancaman luar.

Untuk menuju Desa Tenganan, Teman Traveler harus berkendara dua jam dari Denpasar, tiga jam jika kalian berangkat langsung dari bandara. Meskipun perjalanannya cukup panjang, banyak tempat pemberhentian menarik yang bisa disinggahi.

Museum Puri Lukisan, Ubud

Museum Puri Lukisan Ubud Bali
Museum Puri Lukisan, Ubud (c) Arakita Rimbayana/Travelingyuk

Dalam perjalanan menuju Desa Tenganan, Teman Traveler akan melewati Museum Puri. Destinasi ini berada tak jauh dari Puri Ubud dan Monkey Forest, berisi beragam koleksi yang merepresentasikan kesenian Bali dan peran pentingnya dalam sejarah Pulau Dewata. Berdiri pada 1954, museum ini merupakan yang pertama dibangun di Ubud.

Museum Puri Lukisan buka tiap hari, mulai pukul 09.00 sampai 18.00, dengan tiket masuk Rp50.000 untuk dewasa dan gratis untuk anak-anak di bawah 15 tahun. Oh ya, jam operasional dan harga tiket bisa berubah-ubah, tergantung pameran yang sedang diadakan.

Arak-arakan Adat Bali

Baju Adat Bali Desa Tenganan Perang Pandan
Para wanita Desa Tenganan mengenakan baju adat Bali (c) Arakita Rimbayana/Travelingyuk

Begitu puas menjelajahi Museum Puri Lukisan, Teman Traveler bisa langsung meluncur ke Desa Tenganan untuk menyaksikan Perang Pandan. Ritual ini biasanya dimulai dengan arak-arakan. Semua penduduk, muda hingga tua, bakal kenakan baju adat dan berarak di sekitar desa sambil membawa persembahan untuk para dewa.

Wisatawan diperbolehkan mengikuti di rombongan ini dari belakang. Namun ingat, harus tetap tertib dan tidak mengganggu jalannya acara.

Pesta Tuak

Tuak Bali Perang Pandan Desa Tenganan
Minum Tuak Bali sebelum perang (c) Arakita Rimbayana/Travelingyuk

Setelah arak-arakan selesai, para gadis dan wanita bakal duduk manis, sementara para pria bersiap untuk bertempur. Setiap petarung Perang Pandan wajib minum Tuak Bali sebelum mulai. Tuak yang disajikan hanya diperbolehkan untuk petarung yang akan bertempur.

Buat Teman Traveler yang ingin merasakan tuak khas Desa Tenganan, bisa bisa beli sendiri di warung-warung terdekat atau dalam perjalanan menuju sini. Sebotolnya dibanderol dengan Rp30.000 saja.

Nah, begitu ritual minum tuak selesai, musik tradisional Bali bak genderang perang pun dimainkan. Para peserta bersiap mengayun senjata masing-masing!

Simbol Pertempuran Dewa Indra dan Maya Denawa

Perang Pandang Desa Tenganan Bali
Serunya Perang Pandan (c) Arakita Rimbayana/Travelingyuk

Menurut legenda, sebelum abad ke-1 Masehi, Dewa Indra melindungi desa dari raja yang memerintah dengan keji, Maya Denawa. Sang dewa berperang melawan sang raja untuk memerdekakan penduduknya. Itulah cerita yang direpresentasikan Perang Pandan.

Perang Pandan biasanya dimulai sekitar pukul 14.00 dan berlangsung selama 3 jam. Meskipun sifatnya simbolis, pertempuran yang tersaji tampak nyata dan cukup intens. Meski demikian, para petarung saling menghormati satu sama lain, tak peduli walau badan penuhi memar dan luka berdarah. Begitu perayaan selesai, semua yang terlibat bakal dipenuhi canda tawa.

Tradisi Unik, Hanya Setahun Sekali

Pecinta budaya jangan sampai melewatkan Perang Pandan di Desa Tenganan, Bali. Sebuah pengalaman seru dan menegangkan, namun diiringi keramah-tamahan penduduk asli Pulau Dewata. Sensasi yang tak bisa Teman Traveler dapatkan di tempat lain. Apalagi gelaran ini terbuka untuk umum dan tidak dikenakan biaya. Jadi, tunggu apa lagi?

Advertisement
Tags
Bali kontributor Travelingyuk wisata bali
Share